Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Melewati Shirath
Jumat, 22 Oktober 2021

Khutbah Jumat: Melewati Shirath ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 16 Rabiul awal 1443 H / 22 Oktober 2021 M.

Khutbah Pertama Tentang Melewati Shirath

Dalam surah Maryam ayat 71, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا

“Dan tidaklah setiap orang dari kamu melainkan pasti memasukinya. Dan yang demikian itu adalah ketetapan yang pasti dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Maryam[19]: 71)

Ayat ini menjelaskan bahwa ada satu proses yang akan kita lewati nanti di hari kiamat, yaitu melewati shirathh. Yang mana proses ini akan dilewati oleh siapapun. Para Nabi dan Rasul akan melewatinya, dan tidak ada yang diucapkan oleh mereka saat itu selain ucapan:

اللهم سَلِّمْ سَلِّمْ

“Ya Allah selamatkanlah, Ya Allah selamatkanlah.”

Ini adalah satu proses yang akan kita lewati, yaitu jembatan yang terbentang diatas punggung neraka yang ujungnya adalah surga. Siapa saja yang berhasil melewatinya, maka ia akan masuk ke dalam surga, namun yang gagal akan jatuh ke dalam jurang neraka. Ini adalah satu hal yang sangat mengerikan dan tidak mudah.

Oleh karena itu para Nabi dan Rasul mendampingi umat-umat mereka dan berdoa untuk umatnya, termasuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dan menyeberangi shirath bukanlah perkara yang mudah. Disifati oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang shirathh itu, dia adalah jembatan yang menggelincirkan, tidak ada cahaya kecuali orang-orang yang membawa cahaya imannya, penuh dengan duri-duri seperti pohon sa’dan, dan juga banyak kait-kait yang menyambar-nyambar.

Dia adalah jembatan yang terbentang panjang, lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang. Ada yang melewatinya secepat pandangan mata, ada yang secepat tiupan angin, ada yang seperti kuda berlari, ada yang berjalan, merangkak, ada yang mengesot, ada yang tidak mampu meletakkan kakinya di atas shirath, karena dia tidak punya cahaya dan tidak dapat melihat shirath yang sangat halus itu. Demikianlah manusia menyeberangi shirath ini menurut amal perbuatan mereka selama di dunia.

Amanah dan Silaturahim

Dan ada dua perkara yang mengintai manusia di shirath, yaitu amanah dan silaturahim. Ini dua perkara yang selalu dan senantiasa mengintai manusia yang melewati shirath itu. Apabila hamba itu adalah hamba yang menyia-nyiakan amanah dan suka memutus tali silaturahim, maka dia akan ditarik oleh amanah dan silaturahim itu ke dalam jurang neraka.

Menunaikan amanah

Oleh karena itu selama kita hidup di dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembankan kepada kita amanah-amanah, maka tunaikanlah amanah itu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanah.” (HR. Ahmad)

Banyak sekali amanah-amanah yang Allah bebankan diatas pundak kita; hidup ini adalah amanah, harta yang Allah berikan adalah amanah, jabatan/kekuasaan/kekayaan yang Allah berikan adalah amanah, keluarga yang Allah berikan kepada kita (anak istri) itu adalah amanah. Secara umum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.”

Yaitu amanah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala letakkan di pundaknya. Maka jadilah seorang yang amanah, baik kepada diri, harta, maupun amanah-amanah yang dipercayakan oleh manusia kepada kita. Apabila kita diserahi jabatan, maka pikullah itu dengan amanah, jangan menyelewengkannya.

Apabila kita diamanahi harta, baik itu harta kita maupun harta orang lain, maka pikullah itu dengan amanah. Berikanlah hak kepada orang yang memilikinya dan tunaikanlah hak harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bebankan kepada kita. Tunaikan zakatnya dan berbagilah dengan harta itu.

Demikian juga apabila kita mendapatkan satu kedudukan/posisi yang mana kita mengurus urusan kaum muslimin, maka tunaikanlah jabatan itu dengan amanah. Jadilah pemimpin yang amanah, yang melakukan tugasnya dan bukan hanya meminta dan menuntut haknya.

Dengan demikian Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyelamatkan kita pada saat menyeberangi shirath yang menggelincirkan itu.

Menyambung silaturahim

Kemudian jadilah manusia atau hamba yang senantiasa menyambung silaturahim, terutama kepada karib kerabat dan orang-orang yang tersambung hidupnya dengan mereka. Sambunglah silaturahim, terutama kepada orang-orang yang memutusnya. Karena hakikat menyambung tali silaturahim itu adalah menyambungnya dengan siapa yang memutusnya. Orang-orang yang silaturahim, maka dia tidak akan selamat ketika menyebrangi shirath. Orang-orang khianat,  maka dia tidak akan selamat menyeberangi shirath itu. Dia akan disambar oleh dua perkara tadi dan dia akan jatuh ke dalam jurang neraka.

Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang menggetarkan hati, yang dahsyat yang akan dijalani oleh seorang hamba nanti pada hari kiamat. Salah satu di antaranya yang pasti dilewati adalah shirath.

Di sana ada orang yang lepas hisab, di sana ada orang yang dimudahkan dalam timbangan, tapi shirath adalah satu cobaan yang besar. Disebutkan di dalam hadits bahwa ada seorang hamba yang sampai menyeberangi shirath itu tapi dalam kondisi tercabik-cabik karena tajamnya shirah tersebut. Jadi ini bukanlah perkara yang mudah. Bahkan sebagian orang yang tidak memiliki cahaya tidak dapat menapakkan kakinya di atas shirath itu. Mereka berguguran jatuh ke dalam jurang neraka, mereka itulah orang-orang kafir.

Adapun orang-orang munafik, mereka memiliki cahaya tapi kemudian cahaya mereka redup, hidup kembali kemudian redup. Seperti seorang yang berjalan, dia melihat apa-apa yang ada di hadapannya dengan cahaya yang dimilikinya. Tapi tiba-tiba cahaya itu padams sehingga tidak  dapat melangkah lagi. Kemudian hidup lagi dia melangkah, kemudian padam lagi dan kemudian akhirnya dia jatuh ke dalam jurang neraka itu.

Kedzaliman adalah kegelapan

Maka salah satu yang perlu kita persiapkan di dalam hidup ini adalah persiapan kita untuk melewati shirath yang pasti akan kita lewati. Salah satu yang mengganjal manusia ketika menyeberangi shirath nanti adalah kedzaliman-kedzaliman yang dilakukannya. Kedzaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat. Seperti yang dikatakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

اتَّقُوا الظُّلْمَ، فإنَّ الظُّلْمَ ظُلُماتٌ يَومَ القِيامَةِ

“Hati-hatilah kamu akan kedzaliman, karena kedzaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim)

Kegelapan pada hari kiamat di antaranya adalah kegelapan ketika seorang hamba melewati shirath, dimana dia sangat membutuhkan cahaya pada saat itu. Jangan sampai cahaya iman yang kita miliki tiba-tiba padam dan redup di tengah shirath karena kedzaliman-kedzaliman yang kita lakukan, sedangkan kita sangat membutuhkan cahaya itu.

Khutbah Kedua Tentang Melewati Shirath

Dan setelah proses shirath, apabila seorang hamba berhasil menyebrangi shirath itu, maka ada satu tempat lagi yang harus dia lewati sebelum menuju pintu surga, yaitu qonthoroh. Yang mana para ulama menjelaskan bahwa qonthoroh ini adalah proses yang akan dilewati oleh seorang hamba setelah dia menyeberangi shirath itu. Dia akan ditahan di tempat yang bernama qonthoroh  untuk menyelesaikan semua urusannya dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya. Karena tidak boleh seorang hamba masuk ke dalam surga melainkan setelah semua urusannya selesai, melainkan setelah semua perkara yang berkaitan dengan manusia lainnya selesai.

Apabila masih ada sangkut-pautnya, maka dia akan ditahan di qonthoroh hingga dia menyelesaikannya. Itulah qishash kedua setelah qishash pertama yang dilakukan sebelum dia menyeberangi shirath.

Qishash kedua yang akan dilewatinya adalah ketika dia ditahan di qonthoroh. Di situlah setiap kedzaliman dan hutang yang kita miliki terhadap orang lain akan diselesaikan. Apabila dia punya hutang, maka dia akan ditahan di qonthoroh itu sampai menyelesaikan hutangnya dengan orang lain.

Apabila dia pernah punya hutang kedzaliman terhadap saudaranya, maka dia akan ditahan di situ untuk menyelesaikannya. Dan apabila dia punya masalah/perseteruan/perselisihan yang belum selesai, yang mana mereka berdua belum berdamai di dunia, maka Allah akan menahan keduanya qonthoroh untuk menyelesaikan urusan mereka sampai selesai.

Sehingga ketika seorang hamba bersih dari masalah, tidak ada lagi masalah yang menghambatnya, tidak ada lagi masalah yang menahannya, barulah dia dipersilahkan untuk masuk ke dalam surga. Karena orang-orang yang masuk ke dalam surga adalah orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih dari segala urusan-urusan dengan manusia.

Maka dari itu kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mudah-mudahan waktu kita di dunia yang sangat singkat ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri kita untuk melangkah ke surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semakin sedikit masalah kita dengan manusia, maka semakin mudah langkah kita untuk menuju ke surga. Semakin banyak masalah kita dengan manusia, maka semakin susah juga langkah kita untuk menuju surga.

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Melewati Shirath

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Melewati shirath” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50920-khutbah-jumat-melewati-shirath/